Wabup Barru: “Birokrasi Boleh Salah, Tapi Tidak Boleh Bohong”

Makassar – Dalam sesi pertama diskusi dan tanya jawab pada kegiatan bedah buku Diskresi Inovasi Pemerintah Daerah, para mahasiswa aktif mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Wakil Bupati Barru, Dr. Ir. Abustan A. Bintang, M.Si, terkait strategi kepemimpinan, budaya inovasi ASN, serta cara melihat masa depan sebagai pemimpin visioner, Rabu (3/12/2025).

Pada kesempatan ini seorang mahasiswa menyoroti budaya birokrasi yang takut mengambil keputusan karena khawatir salah. Ia meminta penjelasan strategi pemerintah daerah Barru dalam membangun budaya kerja yang mendorong inovasi secara bertanggung jawab.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati menegaskan bahwa keberanian berinovasi harus dimulai dari pemimpinnya.

“Birokrasi boleh salah, tapi tidak boleh bohong. Pemimpin harus memberikan ruang gerak kepada staf agar berani berinovasi,” tegasnya.

Wabup mengungkapkan bahwa Pemkab Barru baru-baru ini membuka ruang inovasi bagi seluruh ASN dan memberikan reward bagi ide terbaik. Dalam seleksi inovasi yang digelar seminggu sebelumnya, lebih dari 100 peserta ikut berkompetisi dan 13 di antaranya terpilih sebagai inovator terbaik.

Ia menegaskan reward tidak harus bersifat finansial, namun bisa berupa sertifikat, kesempatan pengembangan karier, maupun prioritas jabatan.

Wabup juga menyoroti hambatan terbesar inovasi birokrasi, yakni keterlibatan ASN dalam politik praktis.

“ASN tidak boleh terlibat politik. Kalau dia terlibat, pasti tidak bisa berinovasi. Mindset-nya hanya politik,” ujarnya.

Ia menegaskan komitmen Bupati Barru bersama dirinya untuk menertibkan ASN, guru, dan kepala desa agar tidak terseret kepentingan politik yang berpotensi menghambat pembangunan.

Pertanyaan kedua disampaikan mahasiswa Prodi ABSP yang bertanya bagaimana cara pemimpin melihat masa depan 50 hingga 100 tahun ke depan, sebagaimana konsep visionary leadership yang disampaikan dalam materi.

Wabup menekankan bahwa kuncinya adalah menjadi “manusia pembelajar”.

“Don’t stop to learn. If you don’t learn, you don’t change. If you don’t change, you die.”

Menurutnya, hanya pemimpin berpengetahuan dan berwawasan luas yang mampu membaca arah perubahan dunia.

Wabup mencontohkan tantangan era volatility, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA), dan pesatnya transformasi digital. Pemimpin masa depan harus memahami teknologi, data, hingga tren ekonomi global.

“Hanya ilmu pengetahuan yang bisa melihat masa depan. Tanpa itu, tidak mungkin kita menukangi pembangunan 50–100 tahun ke depan,” jelasnya.

Menutup jawabannya, Wabup menekankan bahwa hulu inovasi berada pada perguruan tinggi dan litbang. Pemerintah daerah berperan mengambil, meniru, dan memodifikasi inovasi tersebut.

Ia mencontohkan inovasi lada perdu dari IPB dan inovasi ayam alope dari Unhas yang kini mulai diterapkan di Barru.

“Inovasi tidak harus pakai uang. Inovasi itu berangkat dari ide, gagasan, dan keberanian. Tanpa keberanian, inovasi tidak ada,” tegasnya.

HumasIKP

Scroll to Top